Kamis, 18 November 2010

Solusi Mengatasi Pembagian Daging Kurban Yang berakhir Ricuh

Pembagian daging Qurban di Tegal ricuh, begitu pula pembagian daging qurban ditempat-tempat lainnya, seperti di Mesjid Baitus Salam, Kel. Kauman Kec. Nganjuk, Masjid Raya Bandung, RSUP dr Sudono Madiun atau tempat-tempat lainnya..... Demikianlah berita yang kerap kita dengar seputar pembagian daging kurban di Indonesia....

Mengapa jadi begini? Mengapa rakyat kecil/miskin harus di'hina'kan atau meng'hina'kan dirinya untuk mendapatkan sedikit daging qurban? Bukankah mereka seharusnya menjadi tamu di hari Raya tersebut?

Friends, kali ini kami akan berbagi sedikit pengalaman dan hikmah dari ritual pemotongan dan pembagian daging Qurban yang kami lakukan saat Idul Adha kemarin....

Sudah tradisi di keluarga suami, pemotongan hewan qurban dilakukan sendiri di rumah bersama-sama keluarga besar...
Kedengarannya menyeramkan ya???
Yah... begitulah kira-kira pandangan saya ketika pertama kali mengalaminya...

Tapi taukah friends, ternyata banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang dapat kita ambil dari tradisi tersebut...

Diawali dari pemilihan hewan qurban, kami dianjurkan untuk turun langsung melihat dan memeriksa kesehatan hewan yang akan kami potong. Mau tidak mau, ilmu mengenai hewan layak qurbanpun harus kami ketahui.


Kemudian untuk pemotongan hewan qurban, anak laki-laki harus belajar tahap-demi tahap prosesi pemotongan hewan qurban.... Mulai dari penyebutan nama pekurban, doa yang menyertainya serta tata cara pemotongan yang terbaik menurut agama....

Lalu bagaimana dengan pembagiannya?
Ternyata Alm. Abah sangat tidak setuju dengan konsep pembagian kupon....
Menurut beliau, dengan pembagian kupon tersebut, para mustahik (orang yang berhak menerima) diposisikan di'bawah' kita. Mereka juga harus menunggu dan antre yang kadang-kadang bisa menghabiskan waktu berjam-jam... Belum lagi kalau kericuhan terjadi di antara para mustahik yang saling berebut....
Alm. Abah menyuruh anak-anak untuk membagikannya langsung ke rumah-rumah para mustahik!
Memang melelahkan...... tapi ternyata makna dari kegiatan tersebut sangat dalam...

Kantung daging Qurban yang telah diberi label dan siap diantarkan.
Ini berarti kita anak-anaknya diajarkan untuk mengenal kerabat dan tetangga/warga kita yang miskin...
QS Al Hujurat : 13 "Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Sadarkah kita, di dunia yang serba modern dan cepat ini, kita semakin jarang berinteraksi dengan warga sekitar?....
Dengan mendatangi langsung para mustahik, kita menempatkan diri mereka sejajar dengan kita!... bahkan berarti kita menghormati mereka... Benar-benar tradisi yang islami....


Saudara-saudara sedang memotong-motong dan menimbang daging qurban untuk dibagikan.

Nah sekarang coba kita renungkan, seandainya... mesjid-mesjid, RT/RW ataupun instansi yang melakukan qurban mendata warganya yang miskin atau berhak ... kemudian mengantarkannya langsung ke rumah mereka... insya Allah kericuhan di atas dapat dihindarkan........

Ini juga berarti silahturrahiim antar warga baik miskin dan kaya semakin terbina dengan baik.... Insya Allah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar